Kamis, 03 Februari 2022

Review Film Makmum 2: Secuil Perspektif dari Bukan Penikmat Horor

Makmum 2 merupakan film bergenre horor keluaran Indonesia yang baru dirilis pada akhir tahun 2021 lalu. Makmum 2 merupakan sekuel dari film sebelumnya yang telah dirilis dua tahun lebih dahulu, yaitu Makmum, atau disebut dengan Makmum 1. Bagaimana kesannya setelah menonton film ini, terutama dari aku yang kurang menikmati film bergenre horor?


Spoiler Alert!

Tulisan ini barangkali akan mengandung spoiler. Bagi yang gak mau kena spoiler, stop membaca tulisan ini! 

Sinopsis Singkat

Rini mendapatkan kabar bahwa bibinya yang tinggal di kampung telah meninggal dunia. Sebab itulah Rini dan anaknya, Hafidz, berangkat dari tempat tinggalnya menuju kampung halamannya yang jauh di pedalaman gunung, tanpa adanya listrik maupun sinyal seluler, demi mengikuti acara pemakaman bibinya. Di kampungnya tersebut, Rini mendapatkan gangguan makhluk halus lebih sering daripada biasanya. Namun kabarnya, makhluk halus tersebut merasa terusik akibat ulah penduduk yang tak patuh dengan larangan yang telah dipercayai. Bisakah Rini menyelesaikan permasalahannya?

Secuil Perspektif dari Bukan Penikmat Film Horor

A Little Backstory

Tbh, aku pribadi bukan termasuk kaum-kaum yang menikmati film bergenre horor. Entah apa sih tujuan menonton film horor? Kenapa banyak sekali peminatnya di Indonesia. Padahal, mayoritas hantu-hantu di film horor menurutku tidak seram, hanya saja jumpscare dan sound effect film-film tersebut yang membuat jantungan.

Kalau gak suka, kenapa masih nonton? Nah ini permasalahannya. Awalnya aku dan Mbak Halah diajak oleh KanggMasJoe buat nobar di bioskop. Lumayan nonton gratisan karena dibayarin oleh KanggMasJoe :p. Awalnya kami berencana untuk menonton 'Merindu Cahaya de Amstel'. Namun sayang karena aku yang memiliki lumayan kesibukan menganggur, mau tak mau tak bisa datang menemui mereka berdua tepat waktu a.k.a TERLAMBAT, sehingga film yang mau kami tonton sudah berjalan 20 menit. Alhasil film 'Makmum 2'-lah yang akan diputar tepat pada saat kedatangan kami di bioskop. Ya mau gak mau senam jantung siang-siang.

Aku pun juga belum pernah menonton sekuel sebelumnya, yaitu Makmum, sehingga pada saat itu aku benar-benar tak mengetahui bagaimana jalan cerita di film sebelumnya. Ya mohon maaf jika review abal-abal ini bakal rada ambigu dan tak ada pembahasannya mengenai kesinambungannya dengan sekuel sebelumnya.

The Review

Seperti yang aku katakan sebelumnya, mayoritas hantu-hantu di film horor itu tidak seram. Begitu pun hantu-hantu yang ada di film Makmum 2 ini. Aku melihat hantu-hantunya layaknya hantu-hantu yang sedang menghantui di karnival rumah berhantu, alias orang-orang biasa yang didandani menjadi seram. Nah, yang bikin menakutkan ialah kemunculan si hantu tersebut secara tiba-tiba, terlebih-lebih di momen yang tidak kita sangka-sangka. Sound effect, ditambah dentuman Dolby 7.1 all around you..you..you... ketika si hantu muncul lumayan memberikan getaran di dada sembari memberikan senam jantung. That's why I hate horror movie!

Bagi kalian penikmat jumpscare semacam itu you guys are weird, Makmum 2 pasti akan berhasil memberikan sensasi jumpscare yang kalian idam-idamkan. Meskipun momen kedatangan hantunya bisa ditebak (seperti ketika Rini sedang salat), namun kemunculan si hantunya yang terkadang unpredictable. Aku ingat betul ketika Rini sedang mencari anaknya yang sedang tidur, disaat Rini membuka tirai yang menutup pintu kamar, tiba-tiba sosok hantu tepat berada di balik tirai yang sedang terbalik menggelantung di pintu. Kalau dipikir-pikir, menurutku kejadian tersebut agak aneh. Hantunya gabut banget mau bergelantungan di pintu kamar hahaaa...

Yang aku suka dari film Makmum 2 adalah banyak plot twist yang disematkan di jalan ceritanya. Misal, Hafidz yang awalnya terbaring di atas ranjang, tiba-tiba sudah tercebur ke sumur, eh pas ditarik dari sumur ternyata itu hanya tipuan si hantunya saja, Hafidz-nya ternyata sudah tergeletak di tanah depan rumah. Atau pada saat Rini bersama Hafidz mendatangi sekumpulan tukang yang sedang beristirahat. Awalnya aku mengira itu benar-benar sosok Rini yang mendatangi, ternyata itu hanyalah hantu penunggu hutan terlarang yang sedang menyamar menjadi Rini. Wih si Hafidz salah pilih emak, nih. Memang kesannya bikin cerita menjadi kompleks, tetapi penonton masih mudah mengikuti alur-alur ceritanya.

The Good

Bicara tentang alur cerita, film Makmum 2 memiliki alur yang mudah diikuti. Menggunakan alur maju, yang diawali dengan pengenalan, permasalahan, penyelesaian, hingga ending yang tersusun secara terstruktur. Yeah nothing special in it, just typical common movie plot. Plot twist yang disematkan seolah-olah memberikan sedikit complexity di jalan ceritanya. Ya, meskipun tipikal alur ceritanya yang begitu-begitu saja, adanya plot twist tersebut seakan-akan memberikan keunikan tersendiri sehingga ceritanya tidak membosankan.

Satu hal yang aku sukai dari film ini adalah teknik pengambilan gambarnya yang sangat ciamik. Memperlihatkan pemandangan pegunungan di sekitar Desa Suayan, seolah-olah kita berada di daerah tersebut dan menikmati pemandangannya dengan mata kepala sendiri. Andai saja di Palembang ada pemandangan seperi itu ya hahaaa....

The Bad

Salah satu tipikal film horor yang tidak aku sukai adalah si hantu memiliki kekuatan super yang di luar nalar manusia. Bayangkan, terutama di akhir cerita, dengan mudahnya sekumpulan bocah diangkat tinggi-tinggi menggunakan kekuatan telepati, atau sekumpulan bapak-bapak dengan mudahnya terdorong dan terjatuh ke tanah tanpa sentuhan fisik sekalipun. Padahal kalau aslinya, orang-orang kesurupan akibat jin penunggunya yang merasa terganggu hanya sebatas kejang-kejang saja, tak sampai memiliki kekuatan-kekuatan super layaknya superhero. Ya, mungkin dasar akunya yang terlalu memandang dari sisi realismenya saja. 

Di akhir cerita, aku merasa ada yang sedikit mengganjal. Pertama, di awal cerita para anak-anak sering bermain dengan bocah pincang berbaju lusuh, yang disaat waktu pulang pasti kembali ke hutan terlarang. Namun di akhir cerita tidak diceritakan tentang bocah pincang tersebut. Siapakah beliau? Memang bocah pincang tersebut hanyalah penglihatan ghaib yang hanya bisa dilihat oleh Hafidz dan teman-teman kampungnya, yang tak lain hanya tipuan dari hantu penunggu hutan terlarang. Namun apakah tidak ada cerita dibalik identitas bocah pincang tersebut? Kenapa harus pincang jalannya? Hmm masih menjadi misteri.

Kedua, setelah Alif bersama Mbahnya mengembalikan 'rumah' si hantu (dengan menanam tanaman di lubang tanah yang telah disediakan oleh hantu), aku masih bingung, kenapa hantunya terbakar habis? I mean, katanya si hantu merasa terganggu akibat ulah manusia yang menebang pohon di hutan terlarang, yang ternyata hutan tersebut merupakan rumahnya si hantu. Alif dan Mbah mengembalikan pohon yang telah ditebang tersebut, yang mestinya si hantu merasa tenang dan tidak mengganggu lagi, ye kan? Tapi malah hantunya terbakar dan hilang. Narasinya pun mengatakan hutan tersebut tak lagi ditunggui makhluk halus setelah kejadian kesurupan yang menegangkan tersebut. Jadi yang menjadi pertanyaan, itu hantunya sudah tenang dan tetap menunggui hutan terlarang, atau pergi dengan tenang?

Kejanggalan lainnya adalah tidak dijelaskan apa-apa saja yang terjadi setelah kejadian kesurupan tersebut. Tiba-tiba ditampakkan Masjid An-Nur, masjid baru yang dibangun dekat hutan terlarang sudah berdiri kokoh dengan warga Desa Suayan yang sedang salat berjamaah di dalamnya. Terlihat juga ada kipas dan lampu yang menandakan bahwa listrik sudah masuk ke Desa Suayan. Apakah artinya Pak Ustadz akhirnya menyetujui pengadaan listrik, yang pada awalnya beliau menolak mentah-mentah adanya listrik? Mungkin para produser hanya berfokus ke adegan-adegan klimaks yang menegangkan.

Conclusion

Meskipun ini merupakan film horor, tetapi tetap memiliki pesan-pesan positif yang disampaikan. Seperti kita harus patuh dengan peraturan yang telah ditetapkan, dan disaat salat mesti fokus beribadah dan hanya mengingat kepada Allah subhanahu wata'ala. Ya gimana mau fokus, siapa sih yang bulu kuduknya yang gak bergidik disaat sedang asyik-asyiknya salat malam sendirian, tiba-tiba ada yang menyahut menjadi makmum?😶

Apakah film ini direkomendasikan untuk ditonton? Buat para pecinta film horor, absolutely yes! Plot twist yang disematkan berakibat kejadian-kejadian yang terjadi di momen yang tak diduga-duga, sehingga memberikan keseruan tersendiri bagi para penikmatnya. Untuk adegan-adegannya tidak ada yang berbau NSFW alias Not Safe for Work, karena plot cerita berpusat dengan peribadatan umat muslim, jadi masih aman buat ditonton bersama keluarga.

Tetapi kalau kalian bukan penghobi film horor, seperti aku misalnya? Ya aku sendiri tak begitu menikmati disaat menyaksikannya di layar lebar. Mending nonton film lain sih, daripada maksain nonton Makmum 2 tapi kebanyakan menutup mata karena takut dengan jumpscare-nya. Overall, aku memberi nilai 6.5 out of 10. Ya mohon maaf jika ada pembaca yang tidak sepakat dengan penilaianku, karena segitulah penilaianku dari kacamata seseorang yang tak suka film horor.

***

Apakah Anda juga sudah menonton film Makmum 2? Apakah Anda memiliki penilaian tersendiri buat film ini? Ayo coba berikan komentar Anda di kolom komentar!

Baca juga Review Film Makmum 2 oleh KanggMasJoe: https://www.kanggmasjoe.my.id/2022/02/makmum-2.html

2 comments

  1. Weewww.. review yang cukup menarik. Plot twist sebenernya adalah... Rini bakal menikah dengan Alif. Dan Makmum 3 akan menjadi film bernuansa romance wowwkwkk 🤣🤣

    BalasHapus
  2. Aku sebagai penikmat film horor malah cuma bisa ngasih 5/10 dr film ini. Banyak cerita tapi ga ada penjelasan di akhir. Dari mbok Yanti yg katanya meninggal ga wajar, anak pincang, habis sadar anak2 itu juga ga ada yang cerita apa2, nanem pohon kembali jg fungsi nya apa, trus pak Ustad yg kaya nya ustad dadakan ga jelas, baca ayat kursi aja ga selesai2. Banyak tokoh yg harus nya penting malah berasa jd tokoh tempelan. Inti nya, cerita amburadul banget. Yg kaya gini malah msk MURI. Kalah jauh bgt sama pengabdi setan.

    BalasHapus
ads
avatar
Admin THE-Mangcoy Online
Welcome to THE-Mangcoy theme