Minggu, 27 Juli 2025

Review Film Sore: Istri Dari Masa Depan - Ketika Cinta Tak Pandang Waktu dan Logika

Kenapa senja selalu menyenangkan? Kadang dia hitam, kelam. Kadang dia merah merekah. Tapi langit selalu menerima apa adanya.

Pepatah tersebut tampaknya sedang naik daun berkat betapa suksesnya film Sore: Istri Dari Masa Depan. Pepatah tersebut sebenarnya sudah hadir sejak beberapa tahun silam, bagi yang ngikutin web series berjudul... ehm... lagi-lagi Sore: Istri Dari Masa Depan yang rilis pada tahun 2017 lalu.

Pada kesempatan kali ini aku akan nge-review film yang lagi naik daun saat ini, yaitu Sore: Istri Dari Masa DepanBagaimana tidak, film ini sebenarnya sangat dinanti-nantikan oleh penonton yang mengikuti web series Sore: Istri Dari Masa Depan. Sebagus itukah?

Review Film Sore: Istri Dari Masa Depan
 

Ya, memang sebagus itu, loh! Bayangin aja, web series yang harusnya bagian dari promosi produk manisan sehat malah sangat digemari oleh penontonnya. Ini kayak orang-orang dengan suka rela menonton iklan promosi, namun yang ditayangkan sebuah kisah yang menarik nan emosial dengan inti cerita yang ujung-ujungnya tak jauh dari promosi produk tersebut.

Bagaimana review tentang film Sore: Istri Dari Masa Depan ini? Apakah saya perlu marathon web series-nya dulu? Simak ulasanku berikut ini.

Spoiler Alert!

Tulisan ini barangkali akan mengandung spoiler. Bagi yang gak mau kena spoiler, stop membaca tulisan ini! 

Sinopsis Singkat

Kehidupan Jonathan tampaknya akan sedikit berubah sejak kedatangan Sore, seorang perempuan yang mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Sore hadir mengemban misi untuk mengajak Jonathan hidup lebih baik dan sehat. Petualangan Sore tak melulu berjalan mulus. Sore dan Jonathan harus menghadapi konflik dan tantangan yang penuh dengan emosional. Mampukah Sore mengubah kehidupan Jonathan menjadi lebih baik?

Tak Masuk Logika

Lagi-lagi, aku nonton film ini berkat banyaknya teman sosmed aku yang "pamer" usai nonton film ini di bioskop. Apa sih spesialnya? Kenapa ramai banget yang membincangkan film ini? Sampai-sampai aku sempatkan bertanya di WhatsApp group di circle kerjaan (karena beberapa anggotanya ada yang sudah menontonnya) bagaimana kesannya usai menonton film tersebut.

Ada yang menyahut "Jangan dibawa logika", ada juga yang menyahut "best of the best ending". Apakah memang sebagus itu filmnya?

Setelah kusaksikan, pernyataan "jangan dibawa logika" itu benar adanya. Secara mendasar time traveling itu something impossible to be happened. Jikapun somehow humanity creates time-traveling machine, banyak paradoks yang akan terjadi. Terus juga kalau misalkan kita menafsirkan film ini secara sederhana ala-ala cerita beralur maju, film ini aku yakin betul akan sulit dipahami. Ini realitanya yang mana sih? Ending sebetulnya yang mana sih? Terus si Sore di waktu masa depan kira-kira gimana sih? Kalau mau diteruskan, akan banyak pertanyaan-pertanyaan dan perdebatan-perdebatan yang muncul dari cerita film ini.

Tetapi dari segi sains fiktifnya, menurutku film ini udah pas banget, tidak lebih dan tidak kurang. Nggak perlu dijelaskan secara mendetail jenis mesin waktu apa yang dipakai oleh Sore, teori fisika apa yang digunakan untuk melakukan perjalanan waktu, atau bahkan apakah Sore perlu melakukan atraksi layaknya Power Ranger mau gabung jadi robot yang dilengkapi juga efek-efek cahaya layaknya film magis Indosiar. Ya, lagi-lagi karena film ini lebih mengutamakan membawa perasaan para penonton ketimbang logika.

Ending yang Mindblowing!

Jika diperhatikan, apa yang dilakukan Sore itu kayak kita lagi main game, tetapi gagal terus sehingga kita harus mengulang ke checkpoint terakhir. Mengubah mindset Jonathan itu ternyata sulit dilakukan karena sejatinya Jo itu orangnya keras kepala, tidak suka diatur oleh orang lain. Seringkali usaha Sore berujung sia-sia, sehingga terpaksa harus restart dari awal. Layaknya gamer yang stuck di satu level, Sore sempat mengambil langkah alternatif yang berbeda dari yang sebelumnya setelah beberapa kali gagal mengubah kehidupan Jo menjadi lebih baik. Dari sinilah awal titik terang penyelesaian masalah yang dihadapi Sore, karena ia menemukan perspektif lain yang selama ini tidak diketahui oleh Sore. Perspektif ini juga mungkin mampu meyakinkan Jo untuk berubah.

Apakah ending film ini mudah ditebak karena Sore dengan bersungguh-sungguh try again hingga akhirnya berhasil? O tentu saja tidak, penyelesaian masalah alur cerita film ini ternyata tidak sedangkal itu. Ada disaat Sore sedang curhat ke Om Marko, Om Marko bilang "ada 3 hal yang tidak bisa diubah, masa lalu, rasa sakit, dan kematian." Seolah-olah mengaminkan pernyataan tersebut, disaat Sore hampir berhasil mengubah kehidupan Jo semesta tampaknya tak mengizinkan. Aurora merah muncul di langit Kroasia memaksakan Sore harus restart dari awal lagi. Sekeras usaha yang dilakukan Sore semesta tetap tak mengizinkan. "Waktu" benar-benar tak suka dan marah.

Ending-nya, Sore berhasil memanipulasi semesta dengan memanfaatkan paradoks. Kalau kita ingat, di adegan awal ditampilkan Jonathan sedang jepret foto di arktik untuk kebutuhan pameran fotografinya. Di arktik, tidak ada yang namanya zona waktu, seolah-olah waktu tak berarti di sana. Di situ ternyata Sore kayak lagi "embracing yourself" terhadap segala kejadian yang menimpanya. Imbasnya, versi Jonathan yang lain merasakan kerinduan yang luar biasa terhadap seseorang, meskipun seseorang tersebut belum diketahui siapa.

Lagi-lagi, secara runut logika sebenarnya agak membingungkan, it doesn't make any sense. Apa sih yang sebenarnya terjadi? Tetapi secara overall, intisari pesan yang ingin disampaikan menurutku masih bisa dipahami. Yang hebatnya lagi ialah efek magis yang dirasakan Sore dan Jonathan pun tersalurkan sangat baik kepada penonton. Asli, aku sendiri sampai merasa "merinding", bulu kuduk berdiri merasakan dahsyatnya aura magis yang mereka rasakan. Aktor Sheila Dara Aisha dan Dion Wiyoko yang masing-masing membawakan Sore dan Jonathan yang aktingnya top markotop mampu membawakan segala emosi yang dirasakan oleh para karakter. Senang, sedih, cinta, kecewa, takut, dan lain sebagainya tersalurkan dengan baik kepada penonton.

Better Than Web Series?

Jujurly aku termasuk telat ngikutin hype serial Sore: Istri Dari Masa Depan ini. Dua hari sebelum ke bioskop aku putuskan untuk coba ngikutin serialnya dulu. Toh, mau dibuat review-nya juga kan, agar ulasannya lebih mendalam dan ada perbandingannya dengan web series-nya. 

Kalau dinilai serial Sore: Istri Dari Masa Depan itu ceritanya ringan banget, namun konsep yang dibawakannya sungguh unik dan menyentuh. Intinya di serial tersebut mengajak kita untuk hidup sehat demi orang-orang yang tersayang (ya, lagi-lagi ini bagian dari promosi produk manisan kesehatan).

Nah, kalau filmnya don't expect to be similar with its web series. Cerita yang dibawakannya kurang lebih sama, namun dibungkus lagi menjadi lebih kompleks, lebih menarik, dan membawa pesan yang 100% berbeda dengan seriesnya. Di filmnya ini lebih dominan memainkan perasaan cinta terhadap seseorang.

Apakah perlu nonton web series-nya?

Beberapa film dibuat untuk melanjutkan cerita seriesnya, sehingga agar tidak ketinggalan cerita kita wajib menamatkan serialnya terlebih dahulu. Nah kalau film Sore, menurutku antara serial dan filmnya tidak tertaut satu sama lain dalam hal kelanjutan ceritanya. Keduanya berada di alurnya masing-masing.

Sure, bagi yang belum nonton seriesnya sah-sah aja mau marathon namatin seriesnya. Tetapi menurutku, biar lebih greget menghayati ceritanya ada baiknya nggak usah nonton seriesnya dulu, langsung aja nonton filmnya. You won't missing anything, tho.

Is It Better Than Its Series?

Absolutely, yes! Web series-nya itu bagus. Penyampaian alurnya juga pas, lagi-lagi tidak lebih dan tidak kurang. Ceritanya pas nggak dilebih-lebihkan, science fiction-nya juga tidak terlalu ditekankan, dan pesan yang ingin disampaikan mudah dimengerti.

Nah kalau filmnya ini, cerita yang simpel tadi dikembangkan lagi menjadi lebih kompleks, dengan twist ending yang mindblowing. Setiap karakternya pun diulik lebih dalam lagi sehingga semua tokoh lebih memiliki personalitas.

Kesimpulan

Menurutku film Sore: Istri Dari Masa Depan sukses banget di dunia sinematografi Indonesia. Suksesnya ini maksudnya sukses menjadi salah satu film terlaris di Indonesia, sukses memainkan emosi penonton, serta berhasil menjadi penerus film serialnya yang dulu sangat dinanti-nantikan oleh penontonnya. 

Aku sendiri berhasil dibuat nangis oleh film ini (cowok kok cengeng :p). Ya gimana ya, usai menonton film ini aku langsung terkenang dengan si kesayanganku (yang bentar lagi otw jadi bini eheh). Aku nangkepnya gini, film tersebut seolah-olah menyampaikan apapun yang terjadi di diri kita, entah itu suka cita, kesedihan, konflik, dan lain sebagainya, itu merupakan bagian dari takdir yang telah ditetapkan. Seperti di film ini misalnya. Memang delapan tahun kemudian Jonathan ditakdirkan meninggal dunia, meninggalkan Sore, istrinya, seorang diri. Namun berkat usaha Sore melakukan perjalanan waktu, semesta berbaik hati, seolah-olah mereka sebenarnya ditakdirkan untuk menjadi pasangan selamanya (di akhir film Sore mengatakan "aku istri kamu selamanya", instead "istri kamu dari masa depan"). Di akhir film juga Jonathan merasakan rindu terhadap seseorang yang belum diketahui siapa orangnya. Even, foto sunset, yang di skenario sebelum-sebelumnya selalu ada silhouette Sore, kini tampak bagian yang hilang, seolah-olah semesta memberikan petunjuk kepada Jo.

Nah, seperti itulah pesan yang kupetik dari film tersebut. Boleh jadi ada argumen yang terjadi dengan pasangan kita, boleh jadi ada setitik konflik yang membuat manisnya cinta menjadi getir. Namun ketahuilah, ada ratusan alasan mengapa kita harus bersama dengan seseorang tersebut. "Mau diulang ratusan kalipun, aku bakalan tetap pilih kamu." Biarpun konflik mewarnai hubungan kita, jika semesta mengizinkan akan ada ratusan alasan kenapa aku harus terus sama kamu 🫶.

Is it worth to watch? For me, absolutely 100% yes! Tapi, lagi-lagi, nontonnya jangan pakai logika, bakal nggak masuk akal. Kalau dari aku pribadi, I can easily give it rate 10 out of 10. Sebagus itukah? Ya, memang sebagus itu menurutku. Tetapi yang perlu diingat, karena film ini gak masuk logika, boleh jadi film ini agak segmented. Ya, tak semua orang bakal menikmati film ini menurutku. Kalau kalian tipikal orang yang mudah baperan, fix film ini cocok banget buat kamu.

Foto-fotoin tiket demi memuaskan hasrat konten sosmed xixiixii...

Overall, aku menilainya 9.5 dari 10 poin. Yes, one of the best movie I've ever watched, bahkan dibandingkan series terdahulunya film ini sukses besar menjadi penerusnya. Poin 0.5 yang hilang lebih ke mengomentari tipe film ini yang segmented, which not everyone may enjoy this type of movie. Tetapi dari aku sendiri, film ini apik puol. Kalau menurut kamu gimana?

Posting Komentar

ads
avatar
Admin THE-Mangcoy Online
Welcome to THE-Mangcoy theme