Senin, 02 November 2020

Kecelakaan Bareng Pacar

Sebagai pengguna jalan raya, kita diwajibkan untuk menaati peraturan lalu lintas. Peraturan ini wajib ditaati agar tidak ditilang pak pulici demi menjaga ketertiban selama di jalan raya. Kalau ngga tertib, jalan makin semrawut yang akan membahayakan pengguna jalan lain. Kalian ngga mau kan, ditilang Pak Polisi akibat kecerobohan kalian sendiri, yang mengakibatkan Surat Izin Mengemudi (next disebut SIM aja ya) kalian bakal disita pak pol. Jangan diremehkan SIM kalian itu. Kenanglah betapa sulitnya ketika kalian ingin memperoleh secarik Surat yang berbentuk kartu itu, yang mana kalian harus mengantre untuk mendaftar, ikut tes tertulis, tes praktik yang ngga terhitung lagi udah ngulang berapa kali. Analogi tersebut tidak berlaku bagi wahai antum-antum sekalian yang pake jalur nembak :P.

Udah, cukup berbasa-basi busuk nya. Pada kesempatan ini aku akan sedikit bercerita tentang pahitnya berkendara di lalu lintas. Siapa sih yang ngga tau dengan kecelakaan alias accident? Everyone should know it, karena kecelakaan itu bisa terjadi akibat keseringan keluar malam, kebablasan, ena ena, masuk angin, yang berujung ke Married by Accident #loh (Maksudnya keluar malam, kebablasan makan pecel yang ena(k), karena masuk angin jadi kerokan di atas motor, ya kecelakaan dong). Wong kecelakaan tu ya ditolongin coy, dibawa ke rumah sakit, ini malah diajak nikah. Aneh-aneh aja hooman jaman now. Yak intinya yang namanya kecelakaan tuh ngga ada yang enak. Ente kecelakaan, motor hancur, badan remuk, kepala bocor, dijemput Malaikat Izrail, bini nge-janda, terus kawin lagi dengan tetangga sebelah rumah #stopitgoddammit.

Diawali Dengan Ingin Ikut Lomba Film Pendek

O ya lanjut ke cerita (ngga usah dilanjutin cerita bini nge-jandanya, nanti malah tulisan ini menjadi cerita dewasa). Kejadian ini terjadi sekitar satu tahun yang lalu, tepatnya sekitar tiga puluh lima juta enam ratus empat puluh lima ribu delapan ratus dua puluh dua detik yang lalu sejak postingan ini di-publish. Pada saat itu aku ada janji dengan temanku di Indralaya (Sebuah kota yang berjarak sekitar 30 km dari Kota Palembang). Janjiku pada saat itu adalah sebuah janji suci untuk menghalalkan si dia kami ingin membahas rencana pembuatan film yang ditujukan untuk mengikuti Lomba Film Pendek yang diadakan oleh Himpunan Jurusan Teknik Elektro di kampus tempat aku berkuliah. Setelah rapat sedikit, rencananya kami ingin langsung shooting mengambil scene di daerah Indralaya. Karena akan mau shooting, jadi kubawalah segala perlengkapan untuk shooting, seperti anter-anteran, mas kawin, dan wali #eehh salah maksudnya membawa kamera, laptop buat ngetik naskah, dan headphone kesayanganku. Ada satu hal yang kurang pikirku, yaitu tripod! Rasanya kurang pas aja kalau shooting ngga ada tripod.

Terkenang dengan ucapan temanku, beliau kurang lebih berkata "I love you #_# Al, kalo nak tripod ambek be yang aku, dak tepake jugo. Tapi kau ambek dewek sini di Mariana (Al, kalau kamu butuh tripod ambil saja punyaku, karena sudah tidak terpakai. Tapi kamu ambil sendiri di Mariana)". Temanku ini benar-benar berbaik hati untuk memberikan tripodnya secara cuma-cuma, mengingat aku sendiri sebenarnya ngga punya tripod. Pikirku, daripada repot-repot membeli tripod baru karena aku kere, mending repot-repot datang ke rumahnya di Mariana, dan aku manfaatkan saja barang yang tak terpakai milik temanku itu. O ya Mariana ini sebenarnya salah satu kelurahan yang terletak di Kabupaten Banyuasin, dan lokasi tempat tinggal temanku yang berbaik hati memberikan tripodnya itu. Jaraknya sekitar 28 km dari rumahku, dan dari Kelurahan Mariana menuju Indralaya, menurut informasi dari Google Maps kita harus menempuh jarak sekitar 50 km. Sebuah rute yang cukup panjang menurutku. Tapi ngga apa-apalah, demi sebuah tripod gratisan, dan aku sendiri juga termasuk orang-orang yang hobi perjalanan jauh wkwk.

O ya dari tadi mungkin para pembaca penasaran, siapa sih Si Pacarku itu? Aku sendiri meyakini bahwa pacaran itu haram di Agama Islam, padahal secara tersurat tidak ada yang mengatakan pacaran itu haram secara terang-terangan di Kitab Suci Al-Qur'an maupun hadist hehe. Karena berpacaran dengan manusia berjenis kelamin perempuan itu haram (karena aku laki coy, nanti pacarannya dengan sesama lelaki malah jadi ...), jadi aku mendedikasikan diriku berpacaran dengan motor kesayanganku wkwkwk. Siapa dia pemirsa? Adalah seekor Yamaha Vixion Advance, yang dihadiahkan oleh orang tuaku karena kasihan melihat aku mengendarai motor butut Yamaha Vega R tahun 2004. Kata sebuah pepatah, kalau punya benda kesayangan pasti dikasih nama. Lantas sebab itulah aku menamai motorku itu sebagai Si Miss V *eheh alias Vag.... Vixion Anggun nan Gagah! Berwarna putih, cantik, mulus, layaknya v.... *sebagian teks hilang*. Ngga kok, tidak ada nama khusus buat motorku itu (emangnya boneka dikasih nama segala). Tapi yang jelas, Yamaha Vixion-ku itu telah mengantarkanku kesana-kemari, kuliah, telat kuliah yang mengharuskan aku touring ke Indralaya, dan ke tempat-tempat baik lainnya, dan juga ia cukup memberikan kebahagiaan kepadaku ketika aku mengendarainya #eyaaak (Should I write a review after 4 years usage?), dan sebab itulah yang bikin aku menjadikan ia menjadi Si Pacar.

Capcusss Ke Mariana

Pagi-pagi Senin itu aku telah bersiap sejak pagi, mandi, sarapan, packing segala perlengkapan yang aku butuhkan. Kalau tidak salah sekitar 08.30 aku tancap gas dari rumah. Jalan Kota Palembang cukup lenggang seingatku, mengingat rush hour seharusnya sudah berakhir sekitar satu jam yang lalu. Kutelusuri jalan-jalan yang ada di Kota Palembang, melewati Jalan Sudirman, menemui bundaran air mancur Masjid Agung, dan tak jauh dari situ pun aku menaiki Jembatan Ampera. Masih setengah perjalanan dari rumah temanku yang terletak di Mariana itu. Singkat cerita, akhirnya aku sampai ke lokasi dengan memakan waktu kurang dari satu jam.

Temanku mempersilakan aku untuk masuk ke rumahnya. Kami mengobrol singkat membahas segala macam topik permasalahan yang hangat pada saat itu, sembari menikmati hidangan yang disediakannya. Tak perlu berlama-lama aku mampir, mengingat aku masih ada janji dengan kedua temanku yang telah menunggu di Indralaya. Aku berpamitan dengan temanku ini. Tak lupa ia juga menyerahkan tripod miliknya itu padaku, sebagai tanda simbolis bahwa telah berganti hak kepemilikan barangnya itu. "Pinjemlah dulu tripodnyo, dak usah kau pikiri gino nak balekkenyo. Pakek-pakeklah be (Pinjamlah saja tripodnya, ngga usah kepikiran buat mengembalikannya. Pakailah saja)", ujar temanku.

Aku pun kembali menancap gas dari rumah temanku. Rute tujuanku kini harus menuju ke Kota Indralaya yang terletak di Kabupaten Ogan Ilir. Sebenarnya, rute pada umumnya untuk menuju Jalan Lintas Sumatera adalah dengan melalui jalan utama yang terletak di Kecamatan Plaju, Palembang, ketemu lampu merah fly over, ambil jalur lurus dan kemudian melewati jalan utama di Kertapati. Karena aku yang "hobi ngebut", dan aku yang berprinsip "mending ambil jalan jauh tapi sepi daripada jalan dekat tetapi macet", sehingga aku memutuskan untuk melewati Jalan Sungai Pinang yang letaknya benar-benar di ujung Kota Palembang (padahal jalan tersebut sudah masuk kawasan Kabupaten Banyuasin). Untuk rute lebih jelasnya bisa perhatikan gambar berikut ini.

Dan benar saja, sesampainya aku di Jalan Sungai Pinang, keadaannya benar-benar sepi. Kiri-kanan hanya pemandangan rawa-rawa, pepohonan, dan semak belukar. Ada beberapa rumah yang dibangun disana, tetapi jumlahnya sangat sedikit, dan jarak antar rumah itu berjauhan. Kendaraan yang melewati jalan tersebut juga sedikit yang mayoritas kendaraan truk, ya mengingat truk barang ngga boleh melintasi jalan-jalan kota seperti jalan utama di Kertapati dan Plaju, dan juga pada saat itu lagi gencar-gencarnya pembangunan Jalan Tol KAPAL BETUNG (Kayuagung, Palembang, Betung). Jalan yang sepi, ditambah aspal yang mulus membuat aku tergoda untuk mencari cabe-cabean gaspol si pacar.

Ngebut Mendekatkan Maut!

Aku gas penuh si pacar itu. Tak lupa ganti gigi on the right moment, layaknya Marc Márquez yang sedang di sirkuit balap. Kuintip sesekali speedometer yang sudah menunjukkan angka diatas 100 km/h. Tak bisa berlama-lama gaspol, karena kondisi jalan yang banyak jebakan lubang yang lumayan membuat motor oleng apabila diterabas. Sesekali aku harus mengulurkan gas demi memberi kesempatan buatku untuk menghindari lubang, serta akibat terhalang oleh kendaraan lain yang bergerak lebih lambat. Brake, downshift, rev match, then accelerate. Gitu aja terus sampe undur-undur jalannya maju.

Singkat ceritanya, aku yang lagi menggeber motor itu berjumpa dengan seekor mobil Kijang Kapsul berwarna silver. Kalau dibandingkan dengan mobil lain, mobil ini berjalan dengan kecepatan diatas rata-rata, ditambah gaya om om supir yang sangat cekatan menyalip kendaraan yang lain. Mungkin si om lagi kebelet mo eek. Karena aku yang sudah bertransformasi menjadi Marc Márquez, aku yang tidak sabaran itu merasa Si Om Kijang mengganggu jalanku saja. "90 km/h saja? Cuih n00b banget!", ujarku dalam hati yang padahal hatiku tidak berkata demikian. Aku pun dengan membuntuti Si Om Kijang itu dengan saksama, menanti kesempatan buat menyalip Si Om Kijang. Sebuah kesempitan #eh kesempatan pun aku dapatkan, siap-siap tarik gas, and go! Si Om Kijang tersalipi, bung. "Bye bye Om Kijang!", ujarku lagi di dalam hati yang padahal percakapan itu hanya kubuat-buat.

Selang sekitar beberapa detik, aku melihat ada lubang buaya yang berpotensi menjatuhkan aku dari motor apabila aku mempertahankan kecepatan yang sedang aku lakukan. Lubangnya itu lumayan dalam, dan menutupi lebih dari setengah lebar jalan. Oleh karenanya aku terpaksa menarik rem sekuat-kuatnya sembari memperhatikan koefisien gesekan antara ban motor dengan permukaan aspal (bahasa awamnya: biar ngga ngesot). Dan akhirnya motor pun berhasil kuperlambat, agar bisa melewati rintangan lubang dengan aman dan nyaman.

Bad Accident Happens

Ketika ban motor baru saja masuk ke lubang besar, tiba-tiba aku melayang di udara. Pada momen itu aku merasa waktu sedang berhenti sejenak. "Ya Allah, apakah aku sedang diajak malaikat berjalan-jalan? Mungkinkah nanti malaikat mengajakku ke surga dan bertemu dengan bidadari-bidadari surga, padahal aku sendiri banyak dosanya? Atau mungkin aku sekarang punya kekuatan khusus layaknya Suparman *eh Supermen yang bisa terbang? O ya hutang pulsa dengan Mas Dodo udah kubayar belum?", batinku ketika aku sedang melayang di udara, lagi-lagi membatinku itu hanyalah sebuah fiktif belaka. Tak lama kemudian, fenomena nge-fly akibat nyimeng *eeh yang kurasakan itu sontak terhenti akibat tubuhku telah mendarat di aspal. Pendaratan terjadi dengan sempurna, dengan punggungku diawali dengan hempasan yang keras dengan jalan, yang dilanjutkan hingga aku terseret sekitar 3 meter dari lokasi awal kejadian. Untungnya aku menggendong ransel di punggungku sehingga benturan itu diredam oleh ransel yang kukenakan, bersamaan dengan barang-barang yang ada di dalamnya. O ya, sejauh penglihatanku memandang ke depan, motor yang awalnya kukendarai itu terseret lebih jauh dariku, dan Si Pacar itu telah hilang dari pandangan akibat tertutup debu yang berterbangan.

Aku yang sedang berfantasi main perosotan di waterboom itu awalnya belum menyadari kejadian apa yang sedang menimpaku. Sesaat aku telah mengambil kontrol terhadap diriku, aku yang terbaring itu mengambil kesempatan untuk berfoto selfie langsung tegak berdiri, seakan-akan otakku sedang menganalisa apa sih yang terjadi sebenarnya. Then I realized "Wow ternyata aku sedang mengalami musibah kecelakaan". Untungnya (Indonesia banget, seburuk apapun musibah pasti ada aja untungnya wkwkwk), tempat aku mengalami kejadian itu persis di seberang rumah yang sedang dibangun, sehingga banyak orang-orang yang menolong, karena ada mamang tukang yang sedang bekerja. Jalan yang awalnya anteng-anteng sepi, berubah menjadi kerumunan manusia yang ikut menolong. Tak sedikit sepasang mata yang turut menyaksikan, terutama dari pengguna jalan lainnya sehingga mereka menyempatkan sejenak untuk berhenti.

Tak lama kemudian, aku melihat seorang bapak-bapak menghampiriku. Bapak-bapak tersebut ternyata Om om berjas rapi yang mau ngasih aku Uang Kaget si pemilik mobil kijang itu! Kampret, ternyata aku disodok oleh Om Om Kijang dari belakang (Maaf bro, bukan gitu maksudnya. Ngga ada hal yang jorok disini wkwkwk). Bapak itu bukannya menanyakan gimana kabarku, dia malah langsung menyodorkan KTP-nya. "Dek peganggan dulu KTP ni, kami lagi buru-buru nak nganter mayat ke Kandang Kawat. (Dik, kamu pegang KTP ini (sebagai jaminan), kami sedang buru-buru karena sedang mengantar mayat ke Kandang Kawat)", ujar Om om kijang itu. Lantas aku menjawab dengan lantang, "Yo mak mano pak ancur motor aku ni? (Terus bagaimana pak? Motor saya hancur!)". Om Kijang pun menjawab "Iyo dek maaf nian, ini na pegangla KTP-nyo, kagek kamu hubungi be nomor ini. (Iya dik maaf banget, penganglah KTP ini, nanti kamu hubungi ke nomor ini)" dan kemudian Om Kijang menyebut nomor telpon yang entah milik siapa, sembari aku mencatatkan nomor telepon itu di ponselku. Aku menyebutkan kembali nomor yang diberikannya itu untuk memastikan apakah aku congek atau tidak wkwkwk. Yaudah, aku pasrah saja. Mau dikata apa. Mau marah-marah aku bukan tipe orang sangar yang dikit-dikit marah, dikit-dikit baku hantam. At least Si Penabrak alias Om Om Kijang ada tekad untuk bertanggung jawab. Tapi ada satu pertanyaan yang belum kutanyakan, apakah oom kebelet eeq? kalau iya berarti benar dugaanku sebelumnya.

Ditolongi Tukang Bangunan yang Sedang Bekerja

Aku pun diajak oleh salah seorang bapak untuk mampir dulu ke rumah yang sedang dibangun itu. "Sini dek mampir dulu, istirahatlah dulu kaunyo (Terjemahkan sendiri ya, masih EZ dimengerti wkwk)", ujar si bapak tersebut yang ternyata salah satu tukang bangunan yang turut serta membangun rumah tersebut. Beliau menawarkanku untuk mengambil air minum, namun belum kuterima tawarannya tersebut karena aku yang kebingungan melihat keadaan motor dalam kondisi parah. "Bentar pak, nak ngabari uong tuo dulu", pintaku kepada si bapak, dan beliau hanya mengiyakannya saja. And you have guessed, siapakah yang pertama kali aku kabarin? Yak benar dialah adalah Ibu saya teman saya yang sudah menunggu di Indralaya wkwkwkwk (Dasar anak luck nut #ehh). Kuhubungilah beliau menggunakan panggilan telepon biasa, "Halo, oi Layy, caknyo hari ini kito orong e, aku abis kecelakaan ini (Halo aLayy, rencana kita hari ini batal ya, karena aku habis kecelakaan).". Temanku ini langsung shock mendengarkan kabarku ini. Beliau berulang kali untuk mengingatkanku untuk berhati-hati ketika aku akan pulang kerumah. O ya temanku ini bernama asli Julia, tapi aku memberikan panggilan Layy. Sebenarnya dia ini teman tapi ........ *ahsudahlaaaah.

Untuk memberi kabar kepada orang tua rasanya ragu untuk dilakukan. Karena aku ngga mau mereka khawatir dengan keadaanku. Aku masih memasati Si Pacarku itu. Malangnya nasibmu wahai kekasihku, betapa buruknya kondisimu saat ini. Kulihat di seberang jalan yang agak jauh, Mobil Om kijang masih terparkir di seberang jalan. Aku mendengar desas-desus bahwa mobil tersebut mengalami pecah ban, sehingga mereka harus mengganti bannya terlebih dahulu untuk melanjutkan perjalanan. Aku masih mondar-mandir, kebingungan dengan nasibku saat itu, sembari memperhatikan seberapa parah kerusakan motor ini. Aku pun mengambil kesimpulan bahwa mobil Si Om Kijang melaju sangat kencang, dan mereka kaget melihat aku yang berhenti mendadak (dan mungkin mereka ngga ngeliat lubang segede gaban gitu ya? Atau mereka itu kumpulan orang-orang greget yang bahkan lubang segede itu mau mereka trabas?), mereka tak ada kesempatan buat ngerem, sehingga menabrak bagian belakang kanan motorku. Tapi yang aku heran, aku tidak merasa kesakitan sedikitpun akibat kejadian itu. Aku merasa sangat bugar, sampai-sampai terbesit di pikiran "ayo kalo mau joging sekarang aku ladeni haha". Mungkin itulah yang disebut sebagai The Power of Kun Fayakuun, alias Allah subhanahu wata'ala masih memberikan perlindungan kepada hamba-Nya. I mean, itu yang nabrak mobil, loh, jalannya kencang pula. Kalau posisi moncong mobil yang menabrak miss sedikit saja, bakal terjadi hal-hal yang lebih buruk. Tapi karena Allah masih memberikan aku keselamatan, sehingga Ia memberikanku kesempatan buat melanjutkan hidup, dan bisa menulis di blog ini wkwkw.

Itu knalpot menghadap ke atas udah mirip kayak motor mberrr belum? wkwkwk

"Daerah sini memang sering kejadian. Semalem malah ado truk teguling akibat nak ngindari lobang tu (Daerah sini sering terjadi (kecelakaan). Semalam malah ada truk terguling akibat ingin menghindari lubang itu).", cerita Si Bapak yang nampaknya sudah paham betul dengan daerah sekitar situ. Si bapak juga memberikan saran dua pilihan, pilihan pertama aku bisa melaporkan kejadian ini ke KUA kantor polisi, mengingat aku telah memiliki kartu identitas pelaku. Tetapi dengan catatan, berurusan dengan polisi akan membuat segala masalah menjadi rumit, karena harus urus ini urus itu. Yang kedua ia menyarankanku untuk membawa motorku ke bengkel terdekat. Beliau menyebutkan nama bengkelnya, serta lokasi bengkel itu secara rinci. Karena aku yang tak terlalu paham daerah Plaju, aku hanya mengiyakannya saja haha. Barulah setelah itu aku memiliki keberanian untuk menceritakan kejadianku ini ke ibuku. Aku pun menghubunginya lewat panggilan telepon. Respon yang kudapat pertama kali jelas ya shock wkwk tetapi setelah berdialog beberapa saat, ibuku menyuruhku untuk mengunjunginya di kantor tempat ia bekerja, mengingat di dekat kantornya itu ada Puskesmas terdekat buat cek is there something wrong on me (Padahal di telepon aku bersikeras akunya baik-baik saja hehe).

Aku belum bisa berangkat, karena kondisi knalpot (lihat gambar) yang begitu mengenaskan wkwkwk. Lantas aku "berasan" dengan bapak tukang bangunan tadi. "Pak tapi boleh minta tolong luruske knalpotnyo dak pak? Ngeri aku bawaknyo kalo mak ini, mano aku katek alatnyo jugo, pak. (Tetapi maukah bapak menolongku untuk meluruskan (memperbaiki) knalpotnya? Aku khawatir mengendarainya (dengan kondisi seperti ini), mana juga aku tidak memiliki alat (buat memperbaikinya)).", pintaku kepada si bapak. Si bapak menuruti permintaanku itu, dan kemudian beliau memanggil rekan kerjanya yang lain untuk membantu beliau. Awalnya mereka mencoba meluruskannya dengan mendorong-dorong knalpot itu, namun usaha tersebut sia-sia. Kemudian mereka mengambil palu, dan berusaha memukul knalpot itu dengan palu, dengan harapan akan kembali ke bentuk semula. Aku hanya terdiam, menyaksikan aksi mereka, sesekali aku membantu mereka sedikit-sedikit dengan mengambilkan sesuatu yang diperlukan, dan memegangi motor agar tidak terjatuh. Aku pun berdo'a di dalam hati meminta agar Allah subhanahu wata'ala selalu memberikan mereka kemudahan dari segala kesulitan, karena mereka telah sudi membantuku.

Knalpot pun udah beres, walaupun ngga seperti bentuk semula, paling tidak sudah lurus menghadap ke belakang. Karena penyangga knalpot bagian belakangnya udah patah, mau tidak mau si bodi knalpot itu harus bergelantungan memantul-mantul yang sesekali menyentuh permukaan jalan. Pada awalnya aku ragu-ragu untuk menyalakannya, namun saat starter motor dipencet, voilà, mesin motor menyala normal layaknya tidak terjadi apa-apa wkwkw. Kemudian aku pun berpamitan kepada rombongan tukang bangunan disitu, aku mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka atas bantuan mereka pada saat itu (awalnya aku ingin memberikan mereka uang satu juta rupiah per orang, berhubung aku kere ya ngga jadi deh hehe). Kujalani motor itu dengan penuh kehati-hatian. Sesekali aku tengok si knalpot yang berulang kali gasruk dengan aspal. Bukan hanya aku saja yang memperhatikan knalpot itu, namun pengendara-pengendara lain juga melihatnya. Tak jarang ada yang mengingatkanku tentang knalpotku itu. "Itu knalpotnyo kagek nyampak (Itu knalpotnya nanti jatuh.)", kata salah satu pemotor di Plaju. Lantas dengan entengnya aku menjawab "Iyo abis kecelakaan soalnyo". Berbagai macam respon pengendara akibat jawabanku itu, tapi yang paling berkesan menurutku adalah ada seseorang yang meresponnya dengan mengacungkan jempol. Sontak aku merasa seperti seorang gangster yang thug life wkwkwk. Kuingat betul ada delapan orang yang menegurku itu, dimulai aku berjalan dari lokasi kejadian, hingga sampai di kantor tempat ibuku bekerja.

Merasa seorang yang thug life, tarerarea tet tot tet, tet tot tet wkwkwk

Singkat ceritanya, aku dibawa ke Puskesmas, karena ternyata selama aku terpental dan terseret, yang tergesek dengan aspal adalah kulit punggungku, bukan jaket yang menutupi badanku itu, sehingga harus dilakukan pembersihan luka dan kotoran. Dari lecet tersebut mengakibatkan aku tidak bisa bersandar dan rebahan terlentang secara normal. Untuk motor? Beruntung ada anaknya teman ibuku yang memiliki bengkel, sehingga segala perbaikan dilakukan oleh beliau. Om om kijang mau men-cover seluruh biaya perbaikan motor, setelah beberapa perdebatan yang sengit, dengan total biaya perbaikan sekitar 1.5 juta. Namun sayangnya, Si Om Kijang tidak mau mengganti biaya perbaikan barang bawaanku dalam tas (satu unit laptop merk Apple lawas yang bukan milikku mengalami kerusakan pecah LCD).

Akhir Kata

Dari kejadian tersebut aku mengambil pelajaran bahwa sebaiknya selalu berhati-hati ketika berkendara. Jangan mengikuti tuntutan hawa nafsu yang malah berujung celaka. Buat apa sih gagah-gagahan di jalan raya? Mau ngajak balapan dengan pengendara lain? Buat apa bro! Menang balapan? Lantas dapat hadiah gitu? Nggak! Yang ada orang lain malah risih dengan tingkah kita yang membahayakan keselamatan orang lain. Kalau situ mau ugal-ugalan dan mati sendiri ya silahkan-silahkan saja, tapi yang ngajak orang lain ikut-ikutan mati ini yang berabe. Intinya saling menghargai pengguna jalan lainnya aja deh. Kita taat aturan bukan hanya takut kena tilang oleh pakpol, namun hal tersebut berguna untuk diri kita sendiri, maupun orang lain.

Adakah dampak jangka panjang dari kejadian tersebut? Ada! Yang pertama kali aku rasakan adalah aku yang sulit beraktivitas akibat luka lecet pada kulit punggungku itu. Rasa pedih harus aku tahan jika luka yang belum kering itu terkena baju. Dampak yang aku rasakan selanjutnya, aku merasa sudah tidak mampu lagi lari sprint untuk durasi yang lama. Bukan karena stamina yang ngga kuat ya, melainkan aku merasa nyeri di bagian otot betis kaki kanan. Nah dan baru-baru saja terjadi belakangan ini, aku sering mengeluhkan sakit pinggang, terutama yang bagian kanan. Entah apakah ini juga akibat kejadian kecelakaan itu, mengingat sudah empat bulan lebih aku merutinkan kembali kegiatan fitnes. Apakah itu karena kecelakaan itu, atau sekedar aku yang terlalu berat berolahraga. Tapi entahlah.

•••

Waah niatnya pengen buat postingan singkat disini, tapi jadinya malah panjang banget wkwkw. Demikianlah cerita singkat tapi panjang kali ini. Apapun urgensinya, tetap selalu waspada selama di perjalanan. Ingat pepatah dari spanduk yang terpasang di jalanan, Keluarga Menunggu Dirumah, walaupun sebagian para pembaca masih belum berkeluarga wkwkwk. Semoga betah membacanya ya... Bye!

12 comments

  1. Menarik ya cerita bareng si pacar. Aku juga pernah mengalami kecelakaan bareng si merah dan benar saat kecelakaan itu suka merasa lupa ingatan haha lalu berkata "wah ternyata aku lagi kecelakaan"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entah kenapa kalo lagi momen kecelakaan, otak serasa langsung blank gitu wkwk

      Hapus
  2. Sekarang pacarmu masih ada nyawanya bro? Pasti gak secantik dulu lah ya. Hehe. Saran aja bro, biar lebih menggoda. Inner cornernya jangan lupa di highlighter. Tambahkan eyeliner untuk mempertegas.Terus bro, blendingnya yang rapi dan sesuai, agar menyatu (Ya Allah aku lincah sekali dengan istilah2 itu 😂 Ehh, goegling ajalah kalok gk tahu wkwk aku juga goegling 😅 )

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih bernyawa dong. Sehat wal afiat. Terakhir diajak turing ke Danau Shuji masih kuat kuat aja 😎
      Masalah kosmetikan gitu mungkin langsung aku bawa saja ke tukang rias ya, mereka lebih paham kayaknya. Sekalian jadi rias pengantin, terus ajak ke ... *eh

      Hapus
  3. wah dari judul awalnya saya berpikiran yang lain, beruntunglah aku yang belum pernah kecelakaan semoga selalu aman dalam berkendara.

    BalasHapus
    Balasan
    1. The power of clickbait wkwkk
      wokeeeh bang, selalu selamat dalam berkendara

      Hapus
  4. Dari cerita di atas rasanya sudah cukup menyadarkan diri ini untul lebih hati-hati lagi bareng si pacar wkwkwk

    BalasHapus
  5. Pertama, Indralaya bukanlah sebuah kota, mealinkan kecamatan wwkqk
    Kedua, dari cerita ini, yang menjurus ke cerita dewasa, dapat kita simpulkan bahwa.. Aldan kebelet kawin WKWKWK

    BalasHapus
    Balasan
    1. O iya yaaaa
      Kabupatennya Ogan Ilir, lantas nama kotanya adalah....?

      Besok-besok buat cerita dewasa sekalian, biar disangka lagi kawin beneran *eeeheh

      Hapus
  6. Alhamdulillah Pacarnya Masih bernyawa wkwk.

    Postingan panjang dan detail dalam penulisan, keren kak. Lanjutkan

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah masih langgeng ya kak bareng pacar wkwk.

    Ceritanya unique, gaskeun brother!

    BalasHapus
ads
avatar
Admin THE-Mangcoy Online
Welcome to THE-Mangcoy theme