Senin, 28 Maret 2022

Review Keychron K8 Brown Switch: Keyboard Mekanikal 'Murah' yang Kaya Fitur

Keyboard merupakan salah satu piranti keras paling penting di dunia perkomputeran. Bagaimana tidak, sebagian besar interaksi manusia dengan komputer dilakukan melalui keyboard. Apalagi bagi orang-orang yang pekerjaannya banyak berurusan dengan perangkat keras input yang terdiri dari berbagai macam tombol huruf dan angka, sehingga memiliki keyboard berkualitas menjadi impian bagi penggunanya.

Sebagai seorang blogger kelas potato, dan juga terkadang ambil kerja serabutan di bidang programming mau tak mau harus banyak berurusan dengan perangkat keras yang bernama keyboard ini. Selama ini aku mempercayakan seluruh urusan pekerjaanku tersebut kepada perangkat laptop Lenovo Thinkpad X220 yang aku beli sekitar lebih dari satu tahun yang lalu. Untuk urusan ketik-mengetik, keyboard bawaan dari laptop tersebut sudah sangat mumpuni, bahkan aku menobatkannya sebagai keyboard laptop terbaik yang pernah aku pakai.

Review Keychron K8 Brown Switch

Namun ada kalanya aku ingin menyelesaikan pekerjaan tersebut menggunakan PC (memasang mouse, monitor,  dan keyboard eksternal ke laptop, atau literally benar-benar menggunakan komputer desktop), yang otomatis memerlukan keyboard eksternal. Delapan tahun memiliki komputer desktop, keyboard Logitech K120 yang pada tahun 2012 silam harganya masih 50 ribuan tersebut menjadi perangkat utama untuk memenuhi kebutuhan input yang berupa karakter tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, tombol keyboard tersebut mulai terasa kesat dan keras sehingga tak lagi nyaman dipakai mengetik untuk jangka waktu yang lama.

Sempat memiliki keyboard "gaming" yang harganya 200 ribuan. Meskipun masih menggunakan switch membran, tetapi paling tidak feeling ngetiknya jauh lebih baik ketimbang K120 yang telah termakan usia tersebut. Sayang seribu sayang, keyboard gaming offbrand murahan tersebut harus dibayarkan dengan kabel USB yang mulai putus-nyambung dan masalah key chattering yang telah hadir sejak pertama kali membelinya.

Dari sedikit "backstory" itulah mengapa aku memutuskan untuk hijrah ke mechanical keyboard. Apalagi di era sekarang, popularitas keyboard mekanik sedang naik daun, bahkan ada komunitas khusus buat pecinta keyboard mekanik ini yang mana mereka rela menghabiskan uang berjuta-juta, demi mendapatkan dan memodifikasi keyboard mekaniknya agar bisa nyaman saat digunakan. Kalau dipikir-pikir, uang jutaan tersebut rasanya sayang sekali jika hanya dibelanjakan untuk sefruit papan ketik, yang padahal, keyboard harga 50 ribuan sebenarnya sudah cukup buat ngetik-ngetik doang ahhaha...

Is it worth a hype? Pertanyaan itulah yang menghantui pikiranku sebelum memutuskan untuk ikut-ikutan menjadi pengguna keyboard mekanik. Harga yang diatas rata-rata keyboard membran biasa itulah yang membuat aku maju-mundur untuk pull a trigger meminang keyboard tersebut. Tetapi bagaimana pun juga, ada dua poin persyaratan yang harus dipenuhi ketika memiliki keyboard, yaitu harus nyaman dan awet. Keyboard Logitech K120 lamaku tersebut memanglah awet, tetapi seiring berjalannya waktu keyboard tersebut semakin tidak nyaman untuk digunakan mengetik dalam jangka waktu yang lama. Keyboard "gaming" offbrand tersebut pun sejujurnya boleh aku katakan lumayan enak buat ngetik, tetapi durabilitas yang sampah tersebut membuat aku harus berpaling dari perangkat tersebut. Jadi, keyboard semacam apa yang mampu memenuhi persyaratan yang aku tetapkan tersebut? Apakah keyboard mekanik seharga <500 ribuan bisa menjadi jawabannya?

Ada seorang temanku yang menjadi pengguna keyboard mekanik seharga <500 ribuan tersebut, yang lagi-lagi bisa kukatakan keyboard offbrand yang merknya sama seperti keyboard gaming yang pernah aku miliki sebelumnya. Hasilnya? Baru pemakaian kurang lebih tiga bulan keyboard tersebut mengalami berbagai macam permasalahan. Entah itu ada tombol yang tidak bisa ditekan, dan berakhir menjadi mati total. Hmm, segi durabilitas sangat big no no buat diriku yang mencari sesuatu yang awet dan tahan lama.

Dari berbagai pertimbangan itulah aku memutuskan untuk membeli keyboard mekanik dari brand ternama, terutama yang telah mendapatkan feedback positif dari forum komunitas pecinta keyboard mekanik. Awalnya aku ngidam banget dengan Ducky One 2, tetapi setelah browsing sana-sini, ternyata brand Keychron menawarkan fitur yang lebih menarik dengan harga yang lebih murah. Belum lagi layanan after sales Keychron lebih mudah diproses karena service center-nya ada di Indonesia. Oleh sebab itu, jatuhlah pilihan ke keyboard merk Keychron.

Keychron sendiri memiliki berbagai macam seri, yang tiap seri memiliki layout yang berbeda-beda. Keychron K2 awalnya menjadi pilihan yang ingin kubeli, mengingat seri ini paling banyak penggunanya sehingga untuk urusan kostumisasi lebih mudah dilakukan. Ehh entah lagi hoki atau gimana, ternyata official store Keychron di Tokopaedi sedang flash sale untuk seri K4 dan K8. Keychron K4 memiliki tombol keyboard lengkap layaknya keyboard pada biasanya (ada Num Lock-nya), namun didesain lebih ringkas, yang mana layout tersebut lebih dikenal sebagai layout 96%. Sedangkan Keychron K8 memiliki layout keyboard pada umumnya, tetapi absen tombol angka Num Lock, yang mana lebih dikenal sebagai tenkeyless layout (TKL). Harganya? Keduanya memiliki harga yang sama, berkat promo flash-sale yang dilakukan oleh Toko Ijo Paedi. Dilema nih, mending tombol yang "lengkap", atau layout keyboard yang normal.

Keychron K8 - Brown Switch White LED

Keychron K8 dengan backlight LED putih

Dari hasil ngegalau sana-sini, jatuhlah pilihan ke Keychron K8. Sebagai seorang hobi ngetik yang sudah sangat terbiasa dengan layout keyboard pada umumnya, aku merasa Keychron K8 merupakan pilihan yang tepat. Takutnya nanti apabila menggunakan layout yang aneh-aneh, akan memaksakan aku untuk beradaptasi dengan susunan tombol yang baru, sehingga khawatir akan mempengaruhi kenyamanan disaat mengetik. Kalau dipikir-pikir aku juga jarang menggunakan sepuluh tombol Num Lock tersebut.

Keychron K8 ini pun memiliki banyak varian, terutama pilihan switch dan lampu backlight. Backlight putih menjadi pilihanku, karena yang lagi flash sale hanya berbacklight putih menurutku fitur LED RGB hanyalah gimmick semata agar keyboard tampak beraura "gaming". Mau backlight warna apapun, yang penting bisa memberikan penerangan disaat mengetik pada kondisi gelap. 

Salah satu mengapa aku menyukai keyboard-keyboard mekanikal adalah memiliki banyak pilihan switch, yang mana bisa disesuaikan tergantung kebutuhan kita. Keychron sendiri menawarkan tiga pilihan switch besutan Gateron yang telah dipasangkan dari pabrikannya, yaitu Red, Blue, dan Brown. Dari ketiga pilihan tersebut, aku memilih switch yang berwarna coklat saja. Ada berbagai pertimbangan mengapa aku memilih brown switch ini. Dikarenakan fokus penggunaannya hanya untuk mengetik, sehingga keyboard mesti memberikan feel satisfying ketika dipencet-pencet.

Blue switch memanglah memberikan feedback clicky terbaik di antara ketiga switch tersebut, sehingga akan memberikan feeling satisfying disaat dipakai untuk mengetik. Namun suara berisik yang dihasilkannya yang bikin aku urung mengambilnya. Loh kok bisa tahu kalau si biru itu berisik? Karena aku pernah nyobain keyboard mekanik temanku yang karakternya mirip si biru ini. Lebih tepatnya keyboard Razer Blackwidow dengan green switch (ekuivalen dengan blue switch milik Gateron). Seberapa berisik? Ya lumayan berisik, apalagi dipakai ngetik di tengah malam yang sunyi.

Red switch rasanya kurang cocok dengan karakter yang aku inginkan. Meskipun belum pernah megang keyboard-nya secara langsung, paling tidak gambaran karakter switch ini sudah bisa kubayangkan. Karakter yang linear yang tidak tactile, yang menurutku lebih cocok dipakai buat ngegame yang membutuhkan respon yang cepat. (Kalau pernyataanku ini tidak benar, mohon dikoreksi, ya)

Keychron K8 dengan Gateron Brown Switch

Dari pertimbangan itulah akhirnya jatuh pilihan ke brown switch. Suara yang tidak terlalu berisik, tetapi masih memberikan tactile bump disaat memencet tombolnya. Mungkin bisa dibilang tactile-nya mirip keyboard membran pada umumnya, ada sedikit hambatan "bump" ketika tombol akan meregister karakter yang kita tekan. Namun bukan berarti membeli keyboard mekanik dengan brown switch adalah perbuatan sia-sia yang hanya menghabiskan uang saja. Karakter switch yang cenderung linear, tetapi masih memberikan feedback disaat tombol tersebut ditekan sehingga user bisa tahu apakah tuts tersebut tertekan dengan baik atau tidak. O ya switch-nya sendiri menggunakan switch keluaran Gateron.

Build Quality Keychron K8 Plastic Frame

Untuk pilihan frame-nya sendiri, Keychron menyediakan dua bahan frame, yaitu frame aluminium dan plastik. Aku sendiri membeli varian frame varian plastik, yang lagi-lagi disebabkan karena yang flash sale adalah varian plastik ini. Aku sendiri pun lebih mementingkan fungsionalitas ketimbang membayarkan uang ekstra hanya demi mendapatkan "feel" premium dari frame aluminium.

Meskipun masih menggunakan frame plastik, menurutku build quality keyboard Keychron K8 ini sangat baik. Jauh lebih baik dari keyboard-keyboard yang pernah aku miliki. Feeling-nya yang padat, serta seluruh assembly plastiknya semuanya rapat. Tidak ada semacam kriyet-kriyet layaknya barang murahan. After all, karena plastic is plastic, keyboard ini akan terasa plasticky ketika dijinjing/dibawa kemana-mana. Semuanya kembali lagi ke preferensi masing-masing. Berhubung aku mengutamakan fungsionalitas, aku tak ada masalah dengan balutan plastik pada keyboard-ku ini, selagi bukan plastik tipis layaknya sebuah keyboard mainan anak-anak. 

Hanya saja key-nya terasa sedikit wobble. Tetapi menurutku hal tersebut bukan hal yang terlalu bermasalah, keyboard tetap terasa mantap buat dipakai mengetik.

Bagaimana dengan keycaps-nya? Keycaps yang disediakan memang masih menggunakan bahan plastik ABS, yang katanya lebih inferior ketimbang berbahan PBT. Lagi-lagi menurutku hal tersebut bukan hal yang perlu dipermasalahkan. Kalaupun katanya keycaps berbahan ABS akan mudah menipis setelah keseringan dipakai, kedepannya masih bisa diganti dengan keycaps yang lebih baik. Kalian tahu sendiri kelebihan dari keyboard mekanik seperti ini bisa dikostumisasi dengan mudah, termasuk keycaps yang sangat mudah diganti.

My Favorite Features

Di awal tulisan tadi aku membeberkan terdapat fitur-fitur menarik yang ditawarkan oleh Keychron K8 ini ketimbang brand lain sehingga aku berpaling ke keyboard ini. Nah pada segmen ini akan aku beberkan fitur apa saja sih yang bikin aku tertarik, terutama di rentang harga yang "lebih murah" ketimbang kompetitor.

Bluetooth

Adanya fitur bluetooth ini menurutku yang menjadi deal-breaker ketika akan meminang keyboard merk lain. Memang, fitur wireless semacam ini tidak terlalu aku butuhkan, karena most of the time aku akan menggunakannya dengan wired mode. Adanya fitur bluetooth ini menurutku something nice to have. Siapa tahu, kalau lagi bosan ngetik di laptop kesayangan bisa menyambungkannya ke device lain yang memiliki bluetooth (bahkan sekarang pun aku ngeblogging dari HP).

Slot USB-C, switch untuk mode Windows/Mac OS, dan mode wired/wireless

Keychron mengawinkan keyboard ini dengan baterai sebesar 4.000 mAH untuk menunjang kebutuhan wireless. Kapasitas yang lumayan besar untuk sebuah keyboard. Keychron sendiri mengklaim bahwa keyboard ini bisa bertahan selama empat minggu dalam keadaan mode wireless dengan backlight mati. Baterai tersebut bisa dicas dengan kabel USB-C to USB-A yang disediakan dalam paket penjualan, sekaligus kabel tersebut bisa digunakan ketika ingin menggunakan keyboard secara wired mode.

Bluetooth-nya juga sangat mudah digunakan. Hanya perlu melakukan pairing disaat pertama kali menggunakannya. Setelah itu? Semuanya tampak seamless. Cukup nyalakan bluetooth pada kedua device, dalam hitungan detik keyboard dan perangkat sudah terhubung.

Mengingat koneksi bluetooth ini adalah wireless, apakah terdapat delay yang cukup mengganggu? Sejauh ini, untuk penggunaan mengetik tak ada delay yang begitu mengganggu. Entah kalau dipakai buat gaming. Tapi ada baiknya stick to the wired mode jika khawatir latency disaat main game.

Hot-Swappable

Di harga satu jutaan, siapa sih yang nggak tergiur dengan fitur hot-swappable? Dengan adanya hot-swappable paling tidak memberikan headroom buat gonta-ganti switch disaat sudah bosan menggunakan brown switch, atau memang switch-nya ada yang bermasalah sehingga bisa diganti dengan yang baru.

Switch yang digunakan pun switch 5-pin yang umum digunakan oleh sebagian besar keyboard mekanik. Oleh sebab itu, bisa bereksperimen buat nyobain switch merk lain selain Gateron, merk Cherry MX misalnya.

Modular Design

Desain yang modular turut membantu memperpanjang masa pakai produk. Mengapa bisa demikian? Karena tiap-tiap komponennya bisa diganti apabila terjadi kerusakan. Termasuk Keychron K8 ini menurutku memiliki desain yang modular.

Keycaps-nya sudah tipis? Easy, bisa diganti dengan mudah. Switch-nya mulai error? Banyak penggantinya, bahkan dengan berbagai macam pilihan warna dan merk. Kabel USB-nya mulai putus? Banyak tuh yang jual kabel USB-C ke USB-A, alias kabel data android biasa pun mestinya bisa digunakan.

Hanya saja jangan sampai yang rusak itu mainboard-nya. Bisa berabe tuh hehee... Tapi tenang saja, paling tidak hingga satu tahun ke depan, Keychron memberikan garansi satu tahun apabila terjadi kerusakan pada unitnya.

Isi paket penjualan keyboard Keychron K8. Ada kabel braided USB Type-C to Type-A, keycaps puller, switch puller, dan keycaps untuk keyboard Mac.

Typing Experience

Berbicara panjang lebar, tapi typing experience-nya tidak memuaskan buat apa, bukan? Keychron K8 ini merupakan keyboard mekanik pertama yang aku miliki. Oleh karena itu, aku tidak memiliki preferensi tersendiri terhadap karakter keyboard mekanik di merk-merk lain. Tetapi sejauh ini, ini merupakan keyboard eksternal terbaik yang pernah aku gunakan.

Typing experience-nya jauh lebih baik ketimbang keyboard membran yang bertahun-tahun telah aku miliki sebelumnya. Seperti yang aku katakan, feeling tutsnya yang smooth dan linear, tetapi masih memberikan feedback tactile sehingga memberikan kesan satisfying di tiap tombol-tombol yang aku pencet.

Hanya saja kekurangan Keychron K8 ini adalah key yang terlalu tinggi. Untuk penggunaan jangka lama, apalagi yang memiliki tangan kecil siap-siap lengan Anda akan terasa cepat pegal. Agar lebih nyaman memang ada baiknya menggunakan palm rest, agar lengan tak terlalu menekuk ke atas demi menjangkau key keyboard yang tinggi. Keychron sendiri menyediakan palm rest khusus buat seri K8 ini. Namun, for just a piece of wood, harga 300 ribuan yang ditawarkan menurutku sangat tidak masuk akal. Tapi sejauh ini, tanganku sudah cukup beradaptasi dengan dimensi keyboard ini.

Bagian belakang bisa ditinggikan agar keyboard semakin ergonomis.

Bagaimana perbandingannya dengan classic 7-row keyboard Thinkpad yang aku gadang-gadangkan sebagai laptop keyboard terbaik? Which one is better? Tbh, keduanya sama-sama sangat enak. Satunya tactile satunya lembut. Kalau harus memilih di antara keduanya, jujur aku nggak bisa memilih yang mana paling baik. Keduanya merupakan keyboard nyaman yang masing-masing parameter kenyamanannya berbeda. It's kinda incomparable to be honest.

Kesimpulan

Sejauh ini aku sangat puas dengan keyboard Keychron K8. Meskipun dari segi harga agak kurang masuk akal di tengah-tengah keyboard PC seharga 50 ribuan yang berseliweran, Keychron K8 tergolong affordable untuk di kelas yang sama beserta fitur-fitur yang ditawarkannya. Typing experience-nya yang mantap, sehingga sangat cocok buat yang sehari-hari banyak mengetik.

Dengan satu jutaan saja, sudah dapat keyboard mekanik yang kaya fitur

Apakah worth it? Dengan dana sebesar Rp1.137.600 menurutku worth every penny. Dengan pertimbangan kenyamanan serta konsep modularitas yang ditawarkannya, menurutku keyboard ini menjadi investasi jangka panjang buatku. Karena aku berprinsip begini, toh biarin spend money yang cukup besar tetapi dapat produk yang bagus dan awet, ketimbang beli barang murahan tapi cepat rusak.

Posting Komentar

ads
avatar
Admin THE-Mangcoy Online
Welcome to THE-Mangcoy theme