Minggu, 21 April 2024

Content Creator: Karir Impian Namun Minim Apresiasi

Kalau mendengar istilah content creator, yang terbesit di dalam otak kita adalah seseorang yang kerap sekali aktif membuat konten-konten digital di dunia maya, seperti Youtuber misalnya. Pamor seorang content creator dewasa ini sedang naik daun banget. Bagaimana tidak, kerjaannya yang “relatif mudah”, tetapi berpenghasilan yang sangat fantastis. Bahkan, cita-cita menjadi content creator mulai digandrungi oleh para Gen Z.

 
(sumber: flickr.com)

Meskipun iming-iming penghasilan yang menggiurkan, seorang content creator cenderung minim apresiasi, terutama di Indonesia. Mengapa bisa dibilang demikian? Padahal kalau dilihat sekilas, toh lifestyle content creator idola kita tampaknya mapan banget.

Content Creator itu Minim Apresiasi

Menurut Kamus Cambridge, definisi content creator berarti seseorang yang membuat konten (video, gambar, tulisan, dll) di internet, yang lebih mengutamakan untuk sosial media. Sebenarnya definisi tersebut lebih menitikberatkan ke konten digital, mengingat kehidupan sehari-hari kita tak lepas dari konten digital. Padahal secara bahasa, content creator berarti "pembuat konten", yang mana konten tersebut tak harus berupa media digital saja. Sehingga secara harfiah, seorang penulis buku bisa jadi disebut sebagai content creator.

Dikarenakan sempitnya pemahaman kita mengenai definisi content creator tadi, seringkali kita memandang kehidupan seorang content creator itu pada enak-enak banget. Seorang Youtuber misalnya, punya viewers jutaan yang kontennya cuma main game doang udah bisa kebeli barang-barang mewah, atau seorang Tiktoker yang rasanya beruntung sekali ketika mendapatkan endorse-endorse dari brand-brand ternama yang tak jarang juga dapat produknya secara gratis. Padahal jika ditilik lebih lanjut, hanya segelintir “content creator” yang kebagian manisnya kue penghasilan dari konten yang dibuatnya. Selebihnya? Bisa dibilang miris nasibnya!

Content Creator itu Sering Dianggap Remeh

Sebagai content creator, pernah gak sih kalian mendengar perkataan-perkataan “gitu doang mah gampang”, atau hal-hal yang mengarah ke meremehkan mengenai pekerjaan yang kita kerjakan sebagai content creator? Mungkin teman-teman illustrator termasuk yang sering mendengarkan perkataan yang meremehkan tersebut, apalagi ketika orang tersebut sedang butuh jasa “content creator” kita.

Iya sih kerjaannya cuma gambar-gambar doang. Iya sih cuma klik ini klik itu, kasih warna terus jadi. Iya sih ngedit video literally cuma klak-klik doang, susun, terus export. Prosesnya ya memang mudah, tetapi yang bikin mahal adalah ide dan perjuangan untuk menguasai skill menjadi content creator tersebut. Kalau memang mudah dan cuma klik-klik doang, kok gak ngelakuin sendiri aja ya gak sih? Ehehehe…

Content Creator itu Sering Dibayar Murah

Dikarenakan content creator sering dianggap remeh, tak jarang juga jasa content creator cenderung dibayar murah. Murahnya “gaji” seorang content creator ini salah satu penyebabnya adalah awamnya pemahaman terhadap content yang dibuatnya itu. Client yang awam sering beranggapan proses pembuatan hasil karya dari content creator itu mudah dilakukan, sehingga tak jarang client merasa rugi membayar mahal-mahal jasa content creator yang ditawarkannya.

Belum lagi para content creator newbie sendiri yang terkadang menjadi perusak harga pasar karir yang sedang digelutinya tersebut. Mereka sering beranggapan “Wah aku mesti dapat pelanggan dulu nih“ sehingga terjadilah undervaluing skill mereka sendiri dan memberikan tarif semurah-murahnya. Akibatnya, mulai muncul stigma masyarakat “Loh sama si A cuma segini doang, kok dengan elu mahal banget?” yang imbasnya makin rusaknya harga jasa content creator tersebut.

Content Creator itu Rawan Kena Pembajakan

Fenomena pembajakan kerap terjadi dimana-mana, terutama di Indonesia. Tak hanya konten digital, konten fisik seperti buku pun rawan terkena pembajakan. Pernahkah dulu saat masih sekolah Anda mem-fotocopy buku sekolah? Jika pernah, berarti ya berarti Anda pun turut berkontribusi sebagai pembajak konten.

Di Indonesia sendiri hukum mengenai pembajakan sudah ada aturannya, salah satunya tertuang Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Namun sayangnya penegakkan hukum terkait hak cipta ini dinilai sangat lemah. Gak percaya?

Content Creator itu Lemah di Mata Penegak Hukum

Kalau teman-teman gak percaya seberapa lemah perlindungan hukum terhadap content creator di Indonesia, coba search di marketplace toko oren dengan kata kunci “buku”. Kurasa tak perlu scroll jauh-jauh untuk menemukan buku-buku yang dijual dengan harga yang tak masuk akal. Penulis gila mana yang rela menjual hasil karya tulis yang memakan waktu dan energi begitu besar dengan nominal harga yang buat beli gorengan sebiji pun gak cukup?

Masih belum percaya? Coba Anda iseng datang ke toko penjual CD lagu dan film, tanyakan berapa harga per CD nya. Even better, tanyakan juga apakah kasetnya original atau bajakan. Kalau harganya kisaran gocengan dan ceban, wah dipastikan fix kaset yang dijualnya itu bajakan.

Bang Tere Liye pun termasuk salah satu penulis yang menjadi imbas negatif dari pembajakan konten. Setahuku beliau udah bertahun-tahun koar-koar ngomongin masalah bajak-pembajakan. Nyatanya? Pembajakan masih berkeliaran dimana-mana tanpa tindakan tegas dari pemerintah.

Tips Mengapresiasi Content Creator

Menjadi seorang content creator boleh jadi impian bagi banyak orang. Namun sayangnya profesi tersebut agak dipandang sebelah mata, ditambah rendahnya rasa simpati masyarkaat terhadap sulitnya membuat suatu karya konten. Sudah jatuh tertimpa tangga lagi, nasib nasib…

Sebagai manusia yang baik dan berakal, terlebih-lebih kita ngefans banget dengan content creator tersebut, apa salahnya kita memberikan sedikit apresiasi kepada content creator tersebut. Hal ini supaya mereka tetap semangat memberikan karya terbaik buat penikmatnya dan tetap eksis di bidangnya masing-masing.

  1. Memperhatikan Copyright (Hak Cipta)

    Masalah Hak cipta sering sekali terlewat ketika sedang menikmati hasil karya content creator. Si pembuat memang membagikan karyanya ke khalayak umum. Namun apakah itu termasuk membagikan ulang dengan atas nama orang lain tanpa izin dari si pembuat, ataupun mencomot sebagian hasil karya content creator untuk digunakan ke karya pribadi?

    Perlu diketahui, copyright atau hak cipta berarti segala hak yang muncul, ditujukan kepada penciptanya mengenai segala hal yang berhubungan dengan ciptaannya. Hak tersebut meliputi bagaimana si penciptanya menginginkan hasil karyanya dibagikan ke orang lain, apakah karyanya boleh dicomot oleh orang lain, boleh ditampilkan dimana saja, dan lain sebagainya. Boleh jadi penciptanya memamerkan karyanya di media sosial, tetapi apakah kita berhak menggunakan bagian dari karyanya untuk kepentingan pribadi?

    Oleh sebab itu, sangat dianjurkan untuk membaca secara seksama terkait hak cipta yang diberikan terhadap karya seseorang tersebut jika ada bagian dari karya seorang tersebut ingin digunakan. Minimal izin dulu kepada empunya. Cara paling aman untuk mencomot hasil karya orang lain? Gunakan resource yang bersifat open source atau yang berlisensi Creative Commons. Konten yang bersifat open source/Creative Commons biasanya boleh dibagikan ke tempat lain, bahkan memodifikasi dan menjadikannya jadi milik pribadi pun diizinkan.

  2. Membeli karya/merchandise secara resmi

    Membeli karya eksklusif maupun merchandise termasuk bentuk pengapresiasian kepada para content creator. Adanya merchandise boleh jadi sebagai bentuk rasa cinta kepada para penggemarnya, yang mana biasanya content creator ini sedikit lebih all out demi memberikan konten yang terbaik. Segelintir rupiah yang kalian keluarkan pun turut membantu para content creator tersebut untuk tetap eksis menghasilkan karya.

  3. Say No To Piracy!

    Bajak-membajak selalu menjadi musuh utama para content creator. Selain melanggar hukum, pembajakan sangat merugikan content creator, karena  hanya menguntungkan pihak pembajak yang tak bertanggung jawab.

    FBI Anti-Piracy Warning!

    Langkah awal untuk memberantas pembajakan konten dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan tidak sama sekali mengkonsumsi konten bajakan. Awal mulanya rasanya akan berat sekali, terlebih-lebih jika kondisi uang yang belum mencukupi dan kita ingin sekali menikmati konten tersebut. Berat, tetapi lama-kelamaan akan timbul rasa kepuasan sendiri di dalam hati disaat menikmati kontenya secara resmi. Kita menikmati kontennya, si pembuat pun senang merasakan keuntungan dari hasil penjualan kontennya. Biasakan, nanti lama-lama akan terbiasa.

  4. Memberikan kritik dan saran yang membangun

    Hal simpel namun terkadang sulit dilakukan adalah memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Terkadang kita rasanya gatal sekali ingin menghujat jika ada seseorang yang kelakuannya nyeleneh dikit, terlebih-lebih jika orang tersebut adalah seorang public figure.

    Apa salahnya menyampaikan sebuah kritik secara santun, apabila orang tersebut bertingkah yang agak nyeleneh? Siapa tahu, berkat tutur kata positif kita tersebut turut berperan andil dalam membangun karakter seseorang menuju ke hal yang lebih baik. (Baca juga: Bergelud Dengan Netizen)

***

Itulah tadi sekilas pembahasan mengenai Content Creator: Karir Impian Namun Minim Apresiasi. Meskipun banyak orang yang mencita-citakan content creator menjadi karir impiannya, tetapi di negeri kita tampak dipandang sebelah mata. Sebagai manusia yang selayaknya juga memanusiakan manusia, ada baiknya kita turut berkontribusi memberikan apresiasi terbaik kepada para content creator. Siapa tahu, dengan adanya bentuk apresiasi seperti ini akan lebih memajukan industri kreatif di negara melalui tangan-tangan kreatif para content creator. Bukankah kita bakal bangga banget jika industri kreatif Indonesia bisa berlaga di kancah internasional?

Kalau gak dimulai dari kita, mau mulai dari mana lagi? Yuk mari kita bersama-sama memberikan apresiasi terbaik bagi content creator demi Indonesia penuh warna hehehe…

Posting Komentar

ads
avatar
Admin THE-Mangcoy Online
Welcome to THE-Mangcoy theme